Happy New Year, and enjoy the story. Semoga cepat dapat kontrak.
Shania mendekati Pretty yang tengah merapikan riasan wajahnya di depan cermin toilet restoran. Pretty sekonyong-konyong menoleh, dan sebelah tangannya masih memegang lipstik. Lipstik itu segera dimasukkan ke dalam tas tangannya.
"Eh, Shania," ucap Pretty tersenyum. "Udah selesai nyetornya?"
Shania tertawa kecil. "Pretty, ada yang mau gue omongin sama lu,"
"Soal?" tanya Pretty yang ikut serius raut wajahnya, mengikuti raut wajah Shania.
"Soal Aji. Jadi, begini, kan kita taruh Aji di apartemen sebelah apartemen gue itu secara rahasia. Cuma kita bertujuh, plus Salman, yang tahu Aji tinggal di sebelah gue." ujar Shania yang masih serius wajahnya.
Pretty mengangguk-anggukan kepala. "Iya, gue tahu, terus?"
"Kayaknya Aji nggak bisa tinggal di apartemen itu lagi."
"Loh, kenapa?" tanya Pretty mengernyitkan dahi.
"Gue dipaksa ke Delhi sama bokap. Bokap mempercayakan gue menjadi manager di salah satu butiknya yang ada di sana. Bokap dan nyokap belum gue beritahukan soal Aji. Mereka cuma tahu apartemen itu ditempati Salman. Otomatis kalau gue berangkat ke Delhi, mubazir dong. Bokap yang mendadak datang, bilang Salman nanti tempati apartemen gue aja. Apartemen yang Aji pakai disuruh balikin aja. Begitulah, Pretty, alasannya. Gimana kalau Aji tinggal di rumah lu yang lebih luas? Sebelumnya dia tinggal di rumah satpam rumah lu, kan?"
Ada perasaan sukacita yang meliputi hati Pretty, namun gelisah juga. Untuk sehari atau dua hari, bisa, lah. Akan tetapi, untuk durasi yang lebih dari seminggu--dan bahkan selamanya, di sinilah Pretty mulai pusing tujuh keliling. Aduh, sudah terbayangkan drama-drama yang akan terjadi di rumah Pretty. Mulut bawel Mommy akan selalu didengar Pretty. Belum lagi, Mommy sudah curiga Pretty memiliki perasaan khusus ke Aji. Siapkah Pretty?
"Gimana?" desak Shania mengharapkan jawaban dari Pretty. "Kok lama? Nggak biasanya. Terus, kenapa jadi nyengir sendiri, sih? Bayangin apaan, coba? Jangan bilang benar dugaan Anin, udah terjadi sesuatu antara lu dan Aji."
Pretty hanya "hehehe".
"Astaga, abis ngapain aja lu?" Shania berdecak heran. "Lagian, apa yang lu sukai dari Aji yang kita semua masih selidiki asal usulnya itu?"
Pretty mengangkat bahu.
Shania menggeleng-gelengkan kepala, berdecak-decak.
"Betewe, Shania, eeee..." ucap Pretty yang tampak ragu-ragu. "...kayaknya gue keberatan Aji tinggal di rumah gue."
"Gue pikir lu seneng. Kenapa coba?"
"Bisa berabe, lah. Gue menghindari drama yang nggak perlu di rumah gue."
"Oh, gitu. Tapi, sebetulnya lu seneng, kan?"
"Ehem..." Wajah Pretty memerah.
Shania tertawa. "Ya udah, kita omongin aja sama anak-anak. Gue juga belum beritahu mereka rencana keberangkatan gue ke Delhi. Balik ke sana dulu aja. Ditunggu mereka."
Pretty mengangguk setuju.
...AR Rahman - Oh Saya...
..."Ooo.. saya.. yero mayoo.....
...Aaa rooo aa yoooo.....
...Aaa roha mazoo mayoo...
...Hey aaa yooo…....
...Dont touch me dont...
...Dont touch me dont...
...Dont touch me dont..."...
Terdengar alunan lagu dari ponsel Shania. Sepertinya dari ayah Shania. Sebab Shania berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris bercampur dengan Hindi. Di keluarga Shania, bahasa pengantarnya memang tiga: Indonesia, Inggris, dan India.
"Shania, gue balik dulu ke sana, yah," pamit Pretty.
Sembari menerima panggilan dari ayahnya, Shania berbisik kepada Pretty. "Iya, nanti gue nyusul. Kita omongin lagi di sana. Bentar, bokap gue telepon gue."
Terima kasih yang sudah membaca PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN. Jangan lupa like, vote, dan share-nya. Jangan lupa juga ide-idenya untuk pengembangan ceritanya. Bagaimanapun Author juga manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Hehe.