Pretty mengucek-ucek sebelah matanya. Apa ini? Ia tengah berkutat di salah satu marketplace. Sibuk memilih baju yang hendak ia beli. Seperti kebiasaan yang sudah terjadi, memang setiap awal bulan Pretty rutin membeli pakaian, khususnya pakaian belahan atas yang sering Pretty beli.
Dari satu toko ke toko lainnya. Begitulah terus yang dilakukan Pretty hingga mendapatkan yang sesuai. Iya, tahu, kenapa tidak ke toko langsung saja? Begitulah Pretty. Pretty merasa, lebih nyaman untuk berbelanja pakaian secara online. Padahal bukankah lebih baik ke toko langsung? Dengan berbelanja langsung, kita bisa melihat dan mencobanya sendiri secara langsung. Dengan berbelanja secara online, bukankah akan ada banyak kekecewaan? Jika nanti terjadi salah ukuran, bagaimana? Sekali lagi, begitulah Pretty. Gadis itu sangat berani tampil berbeda. Mau orang-orang di sekitarnya tengah menggandrungi gaya Gothic, jika Pretty tidak suka, hanya Pretty sendiri yang tidak ikut-ikutan bergaya Gothic.
Sekali lagi, Pretty mengucek-ucek matanya. Kadang modelnya berpenampilan memang wajah modelnya. Sekonyong-konyong wajah si model berubah menjadi Aji. Pretty menelan air liur. Tertawa sendiri. Terganggu, namun sebetulnya menikmati.
Sembari masih memilih-milih pakaian yang hendak dibeli, Pretty menyenandungkan lagu dari salah satu animasi favoritnya. "...honey, oh, sugar, sugar, you are my candy girl, and you got me wanting you..."
Sejenak kemudian, Pretty berhenti. Ia mengumbar senyum. Senyum sendiri. Nyengir sendiri. Asyik sendiri. Mungkin tidak jatuh cinta sendiri, walau Pretty belum yakin Aji juga memiliki perasaan serupa (meskipun sebetulnya Aji lebih memiliki ketertarikan secara asmara dengan Pretty, andai saja Pretty lebih peka). Sebentar, pikir Pretty yang menghentikan sementara aktivitas online shopping-nya, ini kenapa gue bisa senaksir gini sama cowok kayak Aji. Tapi, bodoh amat, lah. Gue, gue ini yang ngerasain. Nggak ganggu siapa-siapa, kan. Suka-suka gue mau jatuh cinta sama Aji. Kembali Pretty menyanyikan lagu "Sugar Sugar" dari Bee the Movie.
"Ah, ini bagus, nih," Pretty langsung memasukkan kaus ungu dengan garis hijau itu ke dalam keranjang belanja. Segera Pretty mencari-cari lagi. Giliran pakaian bagian bawah yang Pretty cari.
"Eh, ini lucu banget," Pretty sangat terkesima dengan kaus dengan gambar hati yang cukup besar di mana di dalam hati tersebut ada gambar boneka beruang. Tanpa pikir panjang, Pretty memasukkan baju itu ke dalam keranjang baju.
Muncul ide gila di pikiran Pretty. Pretty ingin membeli kaus itu sebanyak dua buah. Yang satu untuk Pretty. Satunya lagi untuk Aji. Pretty cengar-cengir membayangkan ia dan Aji berjalan bersama-sama sembari mengenakan kaus yang sama. Sebentar, Pretty mulai menyadari kekeliruan imajinasinya. Bisa gawat jika teman-temannya melihat, apalagi yang namanya Anin. Anin itu luar biasa bawel. Lebih merepet daripada ibu kandungnya atau ibu-ibu di tukang sayur. Nanti Pretty bisa diceramahi Anin selama dua-tiga jam. Membayangkannya saja, Pretty sudah pusing tujuh keliling. Mulut bawel Shania masih lebih baik daripada mulut bawel Anin. Mulut bawel Shania masih mengenal istilah 'time out'. Sementara untuk seorang Anindita, sekali merepet, tetaplah merepet. Suka-suka Anin jika sudah merepet dan sulit dihentikan, walau sudah disuap dengan sepiring Parfait. Mungkin jika Pretty berani menampar Anin, Anin baru berhenti merepet. Sayangnya Pretty tidak sesadis itu.
Seringkali hati dan otak tidak sinkron. Bisa jadi pula keduanya berjalan beriringan. Mungkin karena desakan terus menerus dari hati nurani Pretty, tanpa sengaja Pretty memesan kaus itu sebanyak dua.
"Astaga, kok bisa gini?" keluh Pretty. "Ya udah, lah. Udah terlanjur ini."
Terima kasih yang sudah membaca PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN. Jangan lupa like, vote, dan share-nya. Jangan lupa juga ide-idenya untuk pengembangan ceritanya. Bagaimanapun Author juga manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Hehe.