Badan Aji serasa tersetrum sesuatu. Sekonyong-konyong--dengan membawa pedang Excalibur tersebut--badan Aji bergerak menuju gerombolan orang-orang tersebut, yang semuanya memandang Aji sinis.
"Wah, dapat dari mana pedang tersebut?"
"Hasil curian mungkin. Kedatangannya saja ke daerah ini sudah mencurigakan dan meresahkan."
"Mungkin dia penyamun."
"Bisa jadi."
"Eh, lihat, dia mau menantang kita. Mentang-mentang berhasil mendapatkan pedang, sudah melunjak. Kita apakan orang seperti dia?"
"Habisi saja, lah. Diberi hati, minta jantung."
Pada saat orang banyak itu hendak mengeroyok Aji lagi, seperti ada yang mendorong Aji untuk menghadapi mereka semua. Saat itu juga, Aji seperti mendengar suara seorang perempuan yang ia kenal. Salahkah Aji, jika Aji berharap itu suara Pretty? Membayangkan wajah Pretty saja, sudah sebuah suntikan semangat yang luar biasa. Aji langsung tersenyum dan memerah kedua pipinya.
"Jangan mati dulu, plis, kamu pasti bisa, ayo dilawan." begitulah suara Pretty yang masuk ke dalam telinga Aji.
Spontan Aji melihat ke kanan dan ke kiri. Tak ada Pretty. Ah, biarkan saja. Mendengar suara Pretty saja, sudah tumbuh semangat dan harapan Aji. Stamina Aji naik berlipat-lipat. Tiba-tiba saja pedang itu terarah ke arah atas langit, lalu mengarah ke arah kerumunan itu lagi. Aji berteriak-teriak untuk menantang gerombolan orang-orang yang sudah membuat hidupnya penuh ketakutan selama dua-tiga minggu terakhir ini.
Satu orang bergerak maju, dan dilibas habis dengan Excalibur tersebut. Tak hanya satu orang, dua, tiga, empat, belasan, puluhan. Yah, pedang itu sangat luar biasa. Aji mendadak berubah menjadi pendekar yang tiada tara--di dunia dan daerah tersebut.
*****
Di Indonesia,
Saat tengah bermain Counter Strike, Pretty mendengar ponselnya berbunyi. Dari Anin.
"Pretty,"
"Iya, Nin, ada apa? Biasa aja kali ngomongnya."
"Udah denger beritanya? Youtuber itu meninggal. Youtuber favorit kita semua."
"Jerome?"
"Iya, katanya dia meninggal pas lagi tidur. Coba cek aja di internet. Dibangunin abangnya, nggak bangun-bangun. Kena gerd apa, yah? Atau, serangan jantung?"
Sembari menarik napas, Pretty langsung membuka browser dari laptop. Iya, Anin benar. Jerome sudah berpulang menuju pangkuan Allah Bapa di surga. Kematian memang tak bisa ditebak oleh siapapun. Pretty mendadak menggigit bibir bawah. Kenapa secepat ini Jerome pergi, padahal tak ada tanda-tanda temannya itu memiliki keluhan yang bakal membuat laki-laki itu segera berjumpa dengan malaikat pencabut nyawa?
*****
Di India,
Shania kecewa. Hari ini dia seharusnya mengurus proses perpindahan ke kampus barunya. Sayangnya kampusnya libur. Ada satu kejadian yang membuat kampusnya dan seluruh tempat di New Delhi meliburkan diri. Konon, ada mantan pejabat pemerintahan di India meninggal dunia dengan cara yang tak disangka-sangka.
Kecewa memang Shania. Apa boleh buat. Ada yang meninggal. Walau Shania tidak mengenal siapa yang meninggal, gadis itu tidak boleh egois. Dalam hati, di sebuah bangku kantin, Shania bergeming dalam doa kepada Tuhan. Akhir-akhir ini Shania merasa heran kenapa banyak kematian di mana-mana. Tak hanya pejabat pemerintah, artis, tokoh politik, tentara, tokoh agama, hingga seorang psikiater muda nan berpengaruh. Ada apakah ini? Bagi Shania, hal ini sangat mencurigakan.
Terima kasih yang sudah membaca PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN. Jangan lupa like, vote, dan share-nya. Jangan lupa juga ide-idenya untuk pengembangan ceritanya. Bagaimanapun Author juga manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Hehe.